:My beloved Firsa Terkadang lenganmu selalu menjulur diujung jendela itu. terbuka diantara rimbun dahan gerimis yang mengiris. dingin meniba di lenganmu yang tirus, dengan kaca-kacanya yang terkadang lebih beku dari dingin yang mengerlip di saku lenganmu. Aku tahu, terkadang waktu memang memisahkan –sengaja memisahkan untuk kita. senja itu telah lama kembali di matamu. aku melihatnya, sekejap setelah senyap harapku yang lindap di kukuh-kukuh hatimu yang kerap terkunci. Mungkin, kita pernah lupa dengan kenang yang menggenang di airmata wajahmu. ada dingin menjumpai semata tubuhku, yang beku dihujani mimpi-mimpi itu. Saat tiba senja, aku hanya ingin di dekatmu, di ujung mataku yang berkaca-kaca untuk sekadar mengenangmu. hanya itu. dengan kedua lenganku yang menyambut tabah tubuhmu. Kita mungkin berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta. ...
We write to taste life twice, in the moment and in retrospect. —Anaïs Nin