aku sudah membenamkan tubuh pada setiap senja yang kita
gelar dari kepedihan. lukamu adalah lukaku yang membening diantara butiran
hujan. kita pernah bertemu ditepi musim saat perlahan belantara yang kita
temukan terlihat nisbi, sama seperti bayanganmu yang kerap muncul disaat aku
merindukanmu dari sini.
aku melihat matahari tidak terbit dari timur. tapi terbit
dari matamu. sebab, aku telah memutarkan mataangin pagi untuk terbit saat tepat
luka membangunkan tidur lelapnya. inikah cahaya yang lahir dari bening
tatapanmu itu? ataukah fajar yang masih akan kita titipkan kepada pagi yang
menyapa hari.
matamu adalah ribuan kerinduan, yang sengaja diciptakan agar
aku bisa mengenangmu. itu saja. mungkin kau sedang terlelap saat aku menuliskan
lembaran sajak, dari mimpi yang mencipta bayang-bayang. kau ada disisiku,
selama senja itu ada. yang tak pernah tiada dalam perjumpaan kita. senja itu.
Selasa, 22/11/2011
16:41 PM
Komentar
Posting Komentar