/I/
kita telah
lama menyemai syukur pada sebuah pagi. saat desau anak-anak
pelangi
merantaui dinding langit beku, menyisakan larik lanun yang terhempas dari
tangan matahari.
/II/
fajar adalah
serupa nirwana yang hadir dari tiap lelembar pagi, ia mencipta ribuan cita dari
balik geribik tua –tempat kita
menanam rindu, dari bebutir padi yang tercipta saat jerit menjarit purnama yang
perlahan tenggelam.
/III/
Zhang Da,
beribu kami
hidup dari tangan mungilmu, seperti isyarat yang kueja dari tatapan matamu: pilu. Saat sungai mengalirkan remah
sejarah, ada tangan malaikat yang memeluk rapat tubuhmu.disaat senja yang
jingga mengantarkan kepergian ibu. tangis yang teramat alit untuk mengecap
duka.
/IV/
Zhang Da,
nanar matamu
menujahkan ngilu yang tiada henti. mengaliri sungai kepedihan yang kau airi
sendiri dari peluh seluruh. sementara langit seperti tak henti membumikan
kepedihan. saat ayah tinggallah pelitamu, menggenang dukamu saat langit
memecahkan ringkih kelambu, dari tabah tubuhmu itu.
/V/
Zhang Da,
adalah
pengejar pagi, saat syukur tak henti mengucap takzim kepada matahari yang
menjadikannya mimpi. Saat tabah mendekapkan sunyi yang lindap, pada waktu.
meski perih menyerpihkan lirih.
pedih.
November 2011
November
2
Komentar
Posting Komentar