Langsung ke konten utama

Kita Bertemu di Awal Perjumpaan Sajak


      Mengenangmu adalah serupa kumpulan butir rindu yang menggenang di tiap jeda pagi yang membening. Seperti mata air yang selalu mempersaksikan antara aku dan dirimu di awal perjumpaan yang selalu akan kita kenang. Di perjumpaan, kita seperti kembali menyelami benua baru yang biru –seperti abu yang dulu kita ciptakan dari perahu-perahu kertas yang terkadang karam saat kau mengusik –sedikit menyentuhnya—saat kita terlelap dalam perahu-perahu, yang dibelikan ayah semasa kecil dulu. Kita selalu termenung –menunggu senja—itu datang. Sedang aku tengah menciptakan kolam kecil untuk sama-sama kita layarkan perahu. Kau selalu tersenyum, terkadang tertawa saat perahuku lebih dulu karam di dasar kolam. Yang didalamnya telah tersimpan ratusan bahkan lebih perahu-perahu yang kita ciptakan dulu, jauh sekali sebelum datang seperti senja yang mempersaksikan kita kini.

    Kita telah lama jauh, meninggalkan ribuan abad yang telah lama berlalu seperti kata-kata itu. Aku selalu termenung saat-saat mengenang senyummu, seperti jejak yang memang sengaja diciptakan untukku. Ah inikah musim? Yang terkadang lebih tabah dari hujan bulan juni. Selalu menegang, selalu meregang. Aku tengah menanti –menuggunya— untuk datang kembali. Disini. Ditempat ini.
                
    Aku merindukamu disini, terkadang snja selalu datang tak tepat. Terkadang mengumpat dari tepian yang paling jingga. Hingga sama sekali aku tak pernah sempat bertemu dengannya. Denganmu, senja selalu datang tepat lengkap dengan lanskap paling indah, ingin aku mengenangnya kembali. Dengan mencipta sebaris sajak untuk aku bisikkan disampingmu, menunggu matahari terbenam dengan mengecup keningmu, dengan rasa dan penuh cinta.
    
    Terlalu jauh. Aku melihat kapal-kapal terdampar  di tepian pulau yang memberi banyak arti, namun ragu. Kita selalu memintal harapan pada jejak yang nampak kekal. Matamu hinggap pada senyap sayap. Berlabuh menepikan kapal-kapalnya pada pesisir, dengan sejuta pasir putih. Seperti hujan yang memang selalu terhuyung mengantar rapat tubuhmu. Ditepi jalan itu.

               
               

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Menulis Puisi Prosais : Ulasan Puisi Syahrizal Sidik

oleh : Jamal D. Rahman* Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an               kepada : malam Nuzulul Qur’an /i/ di riak jingga airmata jiwamu, berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh. lalu, menghampiri  jemari. memantik di dingin sunyi yang memapah deru paru. /iii/ adalah cahaya sunyi di dingin itu, ketika  kakilangit menjejak langkah di dekap sujudku yang rapat. memahat lekat ayat-ayat suci, terpatri erat mengakar. lindap didegup jantung, darahku kaku. kelu. /iii/ sudah kutahu cerita tentangMu. malam begitu beku, meniris  gerimis. jatuh diatap-atap bumi yang meratap. senyap. /iv/ jauh sebelum itu, bumi seperti rerengkuh angkuh, senjakala tiada. lembayung terpasung dikais dera tiada tara. angin mati, mendesahkan resah di malam itu. /v/ dikedamaian suatu ketika, malaikat turun kebumi, memapar kabar. lauh mahfudz menyala ...

Jurus GOTO Memoles Laporan Keuangan

                                                                                                               Katadata I Andrey Rahman  Usai melepas bisnis e-commerce Tokopedia ke TikTok, GOTO terus melakukan upaya pemangkasan beban usaha untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk pelepasan unit bisnis GoTo Logistics.   GOTO mencatatkan penurunan kerugian bersih signifikan pada kuartal peryama dan kenaikan pendapatan sejalan dengan strategi pertumbuhan pada ekspansi pengguna, pengurangan beban operasional, dan penguatan kemitraan dengan TikTok dan Bank Jago.  Manajemen GOTO akan melakukan perombakan jajaran pengurus pada RUPST/RUPLSB Juni. Analis pasar modal memperkirakan prospek sa...

Mengenal Komunitas Airbrush Indonesia (KAI)

FOTO-FOTO: DOK.SYAHRIZAL SIDIK Anggota Komunitas Airbrush Indonesia (KAI) sedang “beraksi” mengekplorasi cat pada tangki bahan bakar sepeda motor agar menjadi nampak artisitik dan unik pada Minggu, (10/11) di Pelataran Parkir Timur Senayan,  Jakarta Pusat, dalam rangkaian acara Indonesia Motorcycle Fest 2013.         Saling Berbagi Melalui Seni “Kami semua seperti keluarga di sini,” begitulah ujar Pay (37), ketua Komunitas Airbrush Indonesia (KAI), sebuah organisasi yang didirikan atas keinginan dan inisiatif bersama, sekumpulan orang   yang memiliki minat yang sama, yakni; airbrush. Sebuah seni yang terbilang “baru” di Indonesia. Seperti apa ceritanya?      Di tengah cuaca terik ibukota, area parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Pagelaran Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, (9-10/11) itu berhasil menarik animo m...