/I/
ingin sekali sejenak aku larut di wajahmu. memandangmu lekat sampai senja yang kan tiba
menunggu.
ajaklah aku menggapai erat
tanganmu, dibatas senyummu yang berkata tentangku, juga tentangmu.
seperti cerita malam itu, yang
hangat memeluk mimpi-mimpi kita. usai, disikap purnama, menyisakan kisah yang
berlembar dibuku harianku. aku
mengisahkan tentangmu.
/II/
pada daun yang gugur, jatuh menjumpai. adalah hijau, oranye,dan
sebagian cokelat warnanya, menyibakkan kebahagiaan. aku ingin sekali berkata:
lalu, angin itu terbang mengantarkanmu
mengetuk pintu bibirmu yang rapat.
/III/
pagi ini, aku ingin menjumpai
angin dan juga daun-daun gugur. yang berserak sesak diatas tetumpuk tanah-tanah
yang basah. embun sudah mengukir pagi,
setelah datang matahari menjemput perbincangan kita pagi itu. disini, ditempat
ini:
perlahan daun-daun jatuh berguguran.
melambaikan cerita tentangmu.
disampingmu, aku mendekap tawa
bahagiamu, memotret wajahmu yang tersenyum, dan juga canda tawa yang berkisah
keluh kesah. ketika daun-daun gugur itu jatuh di hitam mayang rambutmu. aku
mengambilakannya untukmu:
lalu, kusemai daun gugur itu
tertulis namaku, juga namamu.
/IV/
ada getaran sunyi saat itu,
ketika belibis beranjak pergi. menerbangkan sayapnya lepas, di udara yang kini
bias. sambil berlari kecil kupanggil namamu. disini:
dari kejauhan. sambil kudekap
erat orizuru yang kini ditanganku. yang juga pemberianmu. dulu sekali, ketika kita bersama membuatnya. kini,
kusimpan pada hidup yang mengisahkanku, juga tentangmu.
disini,aku berkata:
di lembah kisah,
kau menghela lelah diujung desah nafasku.
dalam getir degup jantungku
menggetarkan segugu tanyaku yang risau
mengeja kata di rona merah wajahmu.
selamat jalan, orizuru.
kenanganku kini tersimpan di daun-daun gugur.
seperti pagi itu.
Bandung, 18072011
Komentar
Posting Komentar