: Peristiwa Semanggi, Mei 1998.
/1./
tak ada
anyir yang paling darah tumpah. di gelap bulan raja-raja. tegap raga kami,
menghantam deru senapan.
sebab,
sembab hanyalah kepulangan. beri kami seribu nyawa, biar tuntas, segala tugas.
kami singsingkan lengan baju, bertaruhkan nyawa.
/2./
keterasingan
di lengkung lembayung murung memburu langkah. udara membatu, melimpahkan kelu pada derit langit yang
sakit. megak rajam tangannya mengikis. ribuan hujan peluru menyerbu langit
pertahanan.
“kami hanya
berorasi, menuntut para janji” teriak mahasiswa
barisan-barisan
kami, adalah tubuh tanpa daya. tanpa senjata. pagar-pagar lengan kami bersatu.
lumpuh, ditikam seribu pasukan berseragam. martir, desing peluru, gas air mata,
jerit-jerit melepas ke langit. mereka menyoraki bangga, melumpuhkan ribuan
barisan kami. empat syuhada, berpulang. luka tembak, bersarang di dadanya.
“maafkan
kami, bu….”
derap huru-hara di jalan raya. langit
menghitam tikam ke angkasa.
/3./
“semalam, anak kami ditembak mati,” seorang
lelaki tua itu bersuara.
“mereka
menembakkan peluru-peluru ke setiap penjuru, di antara bara huru hara,” seorang
perempuan menyeka sembab matanya,
“anak kami
satu-satunya, pergi menyemai sepinya sendiri,” seorang ibu paruh baya di makam
anaknya.
“dia telah
pergi, saudara kami..” mahasiswa itu menabur bunga
/4./
awan hitam
berpusar di langit, empat malaikat telah berangkat
bersua di
linang airmata-Mu.
November, 2012
Komentar
Posting Komentar