Rasaku membening, mengalir di segenap senyap. Mengembara
bersama udara, lalu hening. Menjadi kata-kata yang penuh dengan warna. Dan
kita, mengisinya dengan sepenuh rasa, sepenuh cinta. Jika waktu dapat merongga,
meluas ke langit lepas, bisakah aku menangkap senyummu dari sini? Seperti
dilatasi waktu, yang tak pernah ragu, mengajakmu menemaniku berlayar, di atas
gelombang yang selalu datang begitu tenang. Kudayungkan sampan ke tepian,
berkali-kali. Dan, membasahi tubuhmu, juga tubuhku. Aku ingin, laut menjadi
saksi. Membawa kita berlayar ke samudera lepas, dan biarkan kita hanya meninggalkan
jejaknya, pada pesisir. Aku melukiskan namamu, pada pasir-pasir putih. Lalu
ombak yang membuih, datang. Mengecup, setiap aksara yang kita tuliskan disana.
Antara aku, dan dirimu. Satu. Apakah waktu memang datang selalu ragu? kenapa
tak kita berdua saja yang harus meninggalkan di setiap jejaknya. Seperti
dilatasi waktu.
My feelings became clear, flowing at all silent. Wander along the air, then silence. Into words that are full of color. And we, filled with all the taste, full of love. If time could be a cavity, extends into the sky, I could catch a smile from here? Such as time dilation, which was never in doubt, take you with me sailing over the waves always come so quiet. I paddled the canoe to shore, many times. And, soaking your body, my body too. I wish, witness the sea. Bring us sail off into the ocean, and let us just leave the tracks, on the coast. I describe the name, the white sand. Then the waves foam, came. Kiss, every script we write there. Between me and you. One. Is always hesitant when it comes? Why do not we both just to be left in each trace. Such as time dilation.
2012
Komentar
Posting Komentar