Image taken from facepunch.com "Di titik terjauh, kau selalu menjelma bayang-bayang yang redup lalu terang. Tiba-tiba muncul, dan lekas menghilang. Bayanganmu itu, selalu membekas di retinaku." 23. 00 WIB di tempatmu Malam memuram. Gurat wajahmu masih menyimpan sejuta tanda tanya. Setiap malam adalah keterasingan. Di sini. Ingin kuteriakkan padamu tentang keraguan itu. Kau menyimpannya, di setiap bangun dan lelap harapanmu, di situlah aku ada. Saat sedu sedan, selalu berjalan berdampingan. Kamu di mana? 24.00 WIB di tempatmu Blur. Kita menyeka jendela kaca itu rapat-rapat. Gerak tanganmu mungkin masih seperti dulu. Pelan, mataku mengabur. Minus ini semakin meredupkanku. Entah. Mungkin untuk ke sekian kalinya, bayang-bayang itu. Selalu menemuiku. Di titik terjauh, kau selalu menjelma bayang-bayang yang redup lalu terang. Tiba-tiba muncul, dan lekas menghilang. Bayanganmu itu, selalu membekas di retinaku. Di titik terdekat, aku menemukan sega...
We write to taste life twice, in the moment and in retrospect. —Anaïs Nin