I
daun jatuh. gugur sudah kita lesap di tahun-tahun penuh gaduh. suara-suara yang kudengar, dari jerit hujan. ada pedih, ada perih. semua berliku di lekuk jalan yang selalu remah oleh gundah. cuaca yang kita tidak kenal, berbicara dengan samar suara hujan di luar sana. di radio, menggelombang tenang. lagu-lagu perpisahan. di udara, angin selalu berkata "Bagaimana kabar dirimu?"
II
selepas dingin yang maghrib itu. kita menitipkan kegelisahan pada perpisahan sunyi. daun itu jatuh menujumu. menjemput segala palung pilu yang berpulang di jantungmu.
dengarkan degup ini, di antara Musi yang melengang jauh, tanpa jalan pulang. di luar sana, langit selalu runtuh oleh rintih. selalu datang pada setiap kepulangan. cuaca, terus merambat pelan. "Bisakah kita keluar dari dingin dinding ini?"
III
(aku ingin menjadi Musi. biar derapnya mengalir tenang di senyap lirih sajakku. menjadi lagu paling merdu. kita selalu menjadi pertapa, di hidup yang tak senantiasa kita terus ada di dalamnya.. ada lengan-lengan lengangmu, menyeka bebutiran air mata itu. gerimis di luar sana meluruh pelan-pelan.)
September, 2012
Komentar
Posting Komentar