/1/
ke kotamu : sampai juga deru angin
tak juga berhenti. menasabkan nasib
yang tak juga bisa untuk binasa.
kau ditepi itu, mengalungkan pita permata pada sebuah perpisahan mahasunyi.
yang bergedup dalam redup senja,
di mata kita.
(kita berlari, hanya jantung angin yang pekat, menghalangi sebuah pertemuan dengan pertautan. kita bertanya, pada dinding-dinding yang berbicara dengan nasibnya.)
/2/
ke kotamu : sampai juga deru angin
memahatkan nama, tapi angin berbisik, berselasar di ceruk matamu.
seperti kala itu, kita bertemu, pada sebuah dimensi labirin sunyi.
(kau seperti berteriak, tapi dinding-dinding langit jatuh dimatamu. menggapai, tapi tak juga sampai.
di palung laut, kita menenggelamkan tubuh kita, dengan sunyi, mengembara dalam tiap detaknya)
: ke kotamu, sampai juga deru angin.
11052012 16:18 PM
Komentar
Posting Komentar