TENTANG KITA YANG
AKAN DILAHIRKAN MENJADI APA
Dari sini, seribu kepastian menepis pelipis senyap, suni
kata-kataku. angin baru saja hinggap di tabir mimpi yang belum usai, menyisakan
seruak rahak pada unggun api-api pagi. ia masih menyala, menerbangkan debu-debu
kepedihan pada mata pagi yangenggan untuk terbuka. ia hanya kabut, sampai
menenggelamkannya. mati
limaoktoberduaribusebelas
DAWAI-DAWAI ILMU YANG
PUPUS, LALU PUTUS
Matahari menitipkan malas di ruang-ruang kelas yang bersekat
di dinding itu. kemudian kita menerawang jauh, beribu abjad di buku-buku yang
baru kita buka dan kit abaca pagi itu. ada sejarah yang tak ingin dikisahkan,
lantaran persoalan panjang kehidupan. ada juga ilmu yang harus terhenti, dengan
janji. melihat wajah-wajah masa depan, tanpa arah. menuju waktu, yang perlahan
menjemputnya tiada.
KEPADA ANGIN YANG
MATI PAGI TADI
seperih mati
yang kau sayat
dengan tangan
waktu
yang
tak juga
binasa.
ia bersembunyi
pada kaca embun
yang mengalun
pada jeda
jendela pagi.
lalu angin itu
mati
pagi tadi.
KU KAIS SEPERCIK ILMU
PADA RANTING GERIMIS
Aku menemukan sepercik ilmu tadi pagi. bukan dari diktat,
kuliah, atau sekolah-sekolah. sederhana saja: di ranting gerimis tadi pagi, ada barisan burung gereja hinggap. di
matanya melambaikan kesetiaan. pada hidup dan juga mimpi.
KALUT
Bukan aku enggan menimba ilmu, dari ladang pengetahuan yang
maha luas tak berjejak. Tapi mengapa dan kenapa, jika kita masih terdiam. pada
sihir-sihir yang menjelma mata-mata yang tak bisa berkata. kalut.
5102011
Komentar
Posting Komentar