Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2012

Mari Budayakan Membaca

Flashpoem #1

Hanya imaji-imaji sederhana yang melintas, lalu bergegas menulisnya.  Kata-kata yang sederhana,tapi dia ada di sekeliling kita. : ada dimana-mana   1. Di langit yang tak berpintu Aku mengetuk suara hampa. 2. Jadikan aku kata Di tubuhmu yang tak pernah ragu 3. Teriakkan aku sajak, Agar aku bisa lelap di senyap puisimu. 4. Lelaplah, dalam tubuhku. Walau perih, begitu lirih memelukmu. 5. Aku bercerita, Dan kau adalah jalan yang melapangkan. Menuju surga.     6. Aku menjadi hujan, Bawakanlah, aku pintu menuju hatimu Yang tak pernah sendu. 7. Kau radio, Jadilah gelombang yang syahdu. Menemani hidup dan matiku. 8. Aku bergetar, memelukmu. Teruslah aku, dekap. Sampai kau terlelap. 9. Aku tertidur, kata-kata tertidur. Tapi kau tak pernah bisa lepas dari mimpiku. 10. Pejamkanlah, matamu. Dan aku mendekap senyummu, dari kejauhan. 11. Aku kata, dan kaulah cerita Yang kutuliskan...

Pelajar Menyikapi Euforia Kelulusan

Pelajar merayakan kelulusan mengekspresikan diri dengan beragam aksi      SUDAH menjadi tradisi yang lumrah terjadi, bahkan setiap tahun pasti acap kali perayaan kelulusan siswa selalu diwarnai dengan beragam aksi, yang menunjukkan bentuk mengekpresikan diri dalam merayakan kelulusan tersebut. Beberapa waktu yang lalu, ketika siswa dan siswi pelajar baik dari tingkat sekolah dasar  sampai SMA dinyatakan lulus ujian nasional (UN), mereka pun bersuka ria menyikapi kabar yang menggembirakan tersebut. Beberapa diantara mereka merayakan kelulusan dengan cara yang beragam, ada yang mengkespresikan diri dengan aksi coret-coret baju seragam, konvoi kendaraan di jalan raya. Sebaliknya, dibalik ingar bingar perayaan kelulusan, ada  kontradiksi, dimana siswa yang histeris karena dinyatakan tidak lulus UN.  Bagaimanapun juga, kelulusan merupakan momen  kegembiraan sekaligus hal  terpenting yang dinanti-nantikan setiap insan pendidikan. Lantas, bagaimana...

Teman Kita : Kagumi Keragaman Indonesia

Saya dan Jacob Barr, Kamis (7/6) di Pendopo Enam, Baranangsiang Indah Gerbang Sekolah edisi kali ini kedatangan tamu seorang pelajar dari Negara Paman Sam, yuk kita kenalan dengan sosok yang satu ini.          Sosok pria yang tinggi, berambut pirang ini begitu ramah ketika disapa, pasca ditemui di Pendopo Enam, Baranangsiang Indah (7/6). Karena, dia sedang berkunjung ke Bogor.  Ya, dia adalah Jacob Barr, seorang siswa SMA kelas 3 di Glenlake, Michigan, Amerika Serikat yang sedang mengikuti program Rotary Youth Exchange Student di Indonesia, atau lebih dikenal dengan program pertukaran pelajar dibawah naungan Rotary Club. Selama kunjungannya di Bogor, Jac berkunjung ke Kebun Raya Bogor dan Istana Negara.    Jac, yang juga merupakan Rotarian –sebutan untuk anggota Rotary— menurutnya, Rotary Club merupakan organisasi yang bergerak dan peduli terhadap pendidikan, kemanusiaan, dan misi utamanya adalah menciptakan perdamaian dunia, salah...

kepada hujan bulan juni

adakah yang lebih gemetar diantara reranting itu.  kuyup, mempertemukan sunyi paling puisi.  sedang, layang-layang yang melayang di matamu,  jatuh menikam setiap rintiknya.  hujan bulan juni, seperti gugur dan mengigirkan  setiap ruapnya.   yang mengendap, diam. : di sepi itu hujan, menemukan tubuhnya sendiri-sendiri.  aw, begitu nyeri.  di kerling rerumputan itu,  dan ia hanya menunggu.  : memanggil namamu  June, 6. 2012

pagi yang kutemukan seperti sebuah mata-mata

aku mengetuk pintu langit pagi. kuketuk, dengan lutut sujud paling pagi. dua cakrawala, lebih menjumpai airmata dari dengkur tidur kita, semalam. aku begitu lebam, semerah darah yang keluar dari mata-mata. matahari.  —kau seharusnya diam, disana dengan mata yang terpejam, tapi dunia akan tiada tanpa nyalamu— aku pun diam. menjumpai derik matahari. mengejar ke segala sesar dan senyap.  tapi tubuhku hanya berpaling pada daun pintu rumahmu, yang tak mengenal siapa adanya. kian nyata, kita memendar jarak ini. sebuah pagi tiba mengulur nisbi jarakmu  pada lembaran  aritmatika. aku mengetuk-ngetuk rumahmu, pada sebuah buku yang terselip disana.  diantara sebaris logaritma, seperti peri penari yang meliuk-legakkan tubuhnya pada sin cos dan tan.  aku mengetuk-ngetuk pintu rumahmu. dengan sajak yang kutulis pagi ini.  serupa mata-mata, matahari yang melukis namamu, di mataku. 1 Juni 2012   

Puisiku dalam Antologi Bogor Kasohor

Launching Antologi Bogor Kasohor di Cibinong, Minggu (3/6) AMSAL KOTA K ELAHIRAN           Syahrizal Sidik jauh kota itu telah lama terbakar. dengan tungku api-api yang lahir dari rahim takzim. memugari dinding-dinding sejarah yang kerap beku. dari sini. di sudut kota yang paling agung, seperti jerit terik yang membakar gersang tanah ini –negeri kami— (lalu, sebuah jendela kereta mengantarkan tubuh lelaki itu, seringan angin, ia seperti bercengkarama kepada angan) diujung jendela kereta itu, lelaki itu mengibas-ngibaskan lehernya, ia meminjamkan saku-saku mimpinya. yang kerap terpejam. lalu menadahkan wajah-wajah hampa pada jendela kereta. ditatapnya nasib seringan tubuhnya. kepada angin yang begitu tabah. mengirisnya. april 2012