Langsung ke konten utama

Cerita-cerita dari Yogyakarta



Berpose di Parangtritis

Hari pertama, 3 Januari 2013
Kami berenam para backpacker siap menaklukkan Jogjakarta!  Aku, Arief, Kak Yana, Kak Khalid, Kak Adit, dan Kak Arief Bermula berkumpul di Stasiun Bogor pukul 13.00, dan ternyata saya datang paling pertama, jadi terpaksa deh menungu manusia-manusia ngaret! haha. 14.05 kereta commuter line tujuan Jatinegara pun diberangkatkan dari Stasiun Bogor. Perjalanan memakan waktu 2 jam,  kita turun di Jatinegara, jalan kaki transit menuju Stasiun Pasar Senen. Dan, langit mulai gerimis. Kita terus melaju…

Para backpacker...

Pasukan Masjid
Mungkin begitulah kira-kira aku menyebutnya. Haha setiap ada jeda waktu istirahat, apalagi waktu shalat, kami selalu memburu masjid. Satu, di antara keuntungannya yang  bisa shalat tepat waktu juga bisa jadi tumpangan gratis buat rehat dan bisa pipis gratis. Hehehe. Maklum, perjalanan panjang nan melelahkan menuju kota Budaya sudah tampak di depan mata.
Seperti yang terjadi di Pasar Senen, kita rehat di masjid cukup lama, semenjak Ashar setelah menukar tiket menuju Lempuyangan sudah di tangan, kami langsung menuju: masjid Al-Arief. Hm, namanya sih kebetulan sama kayak backpacker kita ini kawan! Haha kebeneran kali ya?

Menuju Yogyakarta
Keberangkatan
Angka  20:35 yang tertera di tiket perjalanan menuju Lempuyangan membuat kami masuk setengah jam lebih awal. Setelah lolos boarding pass dengan pngecekan identitas, kita pun masuk stasiun. Selain menunggu, kita bisa refresh sejenak, wi-fian, atau ngobrol santai. Nah, gak lama sang petugas pun menginstruksikan kepada penumpang  untuk segera bersiap-siap pada keberangkatan kereta Progo menuju Lempuyangan. Aku duduk di seat 20D, bersebelahan dengan Kak Yana. Sambil menyalakan laptop, saya menyempatkan untuk menulis…
Di dalam kereta...

Jalan Panjang Menuju Yogya
Kalo ada pepatah mengatakan: Banyak jalan menuju Roma. Aku balik deh sekarang, banyak jalan menuju Yogya. Hahaha. Perjalanan kami menuju Lempuyangan menelan waktu lumayang panjang, terhitung dari jam 20:35 dan kita baru tiba 07.00 waktu setempat besok paginya. Tapi.. semua terbayarkan dengan perjalanan yang panjang itu: mulai dari hal paling sederhana, tidur di kereta yang luar biasa beratnya haha, bahkan Kak Yana sampai gelar koran di bawah biar bisa selonjoran. Kebayang kan susahnya minta ampun. Kita pun sholat subuh di kereta. Dengan muka yang masih ngantuk setengah-setengah antara sadar entah engga. Hahaha. Belum lagi waktu transit di Cirebon yang memakan waktu sampai satu jam. Memang, menurut seorang penumpang, Ibu-ibu yang duduk di depan saya, dia bilang “Untuk kereta malam dari Jakarta memang lama. Tapi kalo dari arah Jogja malah cepet,” ujar Ibu dengan logat Padang yang khas. Perjalanan panjang itu mengantarkan kami tiba di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta tepat pukul  07.00 AM. Selamat datang, Jogja!

Hari kedua, 4 Januari 2013

Tiba di Stasiun Lempuyangan

Jogja memang istimewa
Datang di Lempuyangan kami langsung disuguhi penjual makanan yang lebih dikenal dengan angkringan. Ada menu yang bisa kita pilih sendiri, dan harganya yang relative terjangkau. Ya.. buat sarapan pagi boleh lah haha. Penjualnya pun ramah-ramah, mereka menggunakan bahasa jawa dengan halus. Meski aku ga ngerti apa yang maksudnya…

Dua sekawan

Setelah sarapan, kita jalan ke terminal Giwangan, dan langsung naik bus menuju Parangtritis. Perjalanan satu jam itu tidak terasa dilalui, para backpacker tidak menyia-nyiakan kesempatan sedikitpun untuk beristirahat. Masyarakat di sini (red. Jogja) punya kebiasaan berlalu lintas yang baik ternyata, dan jangan heran pemandangannya berbeda 180 derajat dengan Kota Bogor yang padat dengan angkutan umum, di sini sama sekali gak ada. Ditambah lagi, sama kebiasaan yang baik warga Jogja yang peduli sama kotanya, dan kalian jangan kaget saat berkunjung ke daerah-derah di Jogja banyak banget kawasan-kawasan perempatan yang kadang bikin pusing pendatang seperti kami. Tapi, akan terbayarkan dengan tata kota yang apik, bersih, berbudaya. Nggak ada duanya deh!

Parangtritis nan eksotis

Parangtritis
Sekitar pukul 10:15 kami pun tiba di Parangtritis. Para backpacker bersiap-siap buat terjung langsung ke pantai. Wonderful! Di antara pasirnya putih, ombaknya juga bagus. Ditambah sama view bukit yang cukup curam membuat pantai ini semakin eskotis. Hm, walaupun cuaca terasa panas di siang seperti ini, aku dan teman-teman terjun ke pantai. Berburu foto d tengah ombak Parangtritis yang eksotis! Aww..

Malioboro Broadway

Malioboro Night’s
Malamnya kami menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitar Jalan Malioboro, hm ternyata di malam hari suasana lebih ramai, ditambah lagi dengan banyaknya pendatang dari luar kota di seluruh Indonesia membuat Malioboro semakin hangat. Banyak orang-orang lalu lalang berbelanja, sementara kami makan malam di angkringan. Kebetulan nih, ada alumni sekolahku yang tinggal di Yogyakarta, jadi kami dapat banyak referensi wisata di kota budaya ini. Hampir semalam kita nggak tidur, jalan ke mesjid Keraton di Kauman, dan jalan-jalan. Sampai kita tiba di pendopo dan bermalam di sana. Perjalanan yang bisa dibilang… melelahkan dan mengesankan!  

Di Tugu Yogyakarta

Hari ketiga, 5 Januari 2013
Hari terakhir kami habiskan waktu untuk keliling Yogyakarta. Setelah sarapan, sekitar pukul 08.30 kami jalan-jalan ke Alun-alun Selatan, Tugu Yogyakarta, Taman Pintar, dan terakhir di Candi Prambanan.  Guys, beda banget pemandangan yang biasa kita lihat di Jabodetabek, dimana banyak becak di sini yang dilindungi oleh pemerintah Yogya, area pejalan kaki, area pesepeda. Hmm kapan ya di Bogor bisa? Salut deh buat kota yang satu ini.

Candi Shiva..

Akhirnya sore pun tiba, kami menyempatkan diri buat main langsung ke tempat produksi Bakpia Pathok 25 sekaligus belanja buat buah tangan. Sepulangnya, kita langsung ke Stasiun Lempuyangan untuk pulang kembali ke Jakarta.

Prambanan Temple

Selamat jalan Jogja Istimewa! Sampai jumpa.
Ini ceritaku, bagaimana ceritamu? J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Menulis Puisi Prosais : Ulasan Puisi Syahrizal Sidik

oleh : Jamal D. Rahman* Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an               kepada : malam Nuzulul Qur’an /i/ di riak jingga airmata jiwamu, berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh. lalu, menghampiri  jemari. memantik di dingin sunyi yang memapah deru paru. /iii/ adalah cahaya sunyi di dingin itu, ketika  kakilangit menjejak langkah di dekap sujudku yang rapat. memahat lekat ayat-ayat suci, terpatri erat mengakar. lindap didegup jantung, darahku kaku. kelu. /iii/ sudah kutahu cerita tentangMu. malam begitu beku, meniris  gerimis. jatuh diatap-atap bumi yang meratap. senyap. /iv/ jauh sebelum itu, bumi seperti rerengkuh angkuh, senjakala tiada. lembayung terpasung dikais dera tiada tara. angin mati, mendesahkan resah di malam itu. /v/ dikedamaian suatu ketika, malaikat turun kebumi, memapar kabar. lauh mahfudz menyala ...

Jurus GOTO Memoles Laporan Keuangan

                                                                                                               Katadata I Andrey Rahman  Usai melepas bisnis e-commerce Tokopedia ke TikTok, GOTO terus melakukan upaya pemangkasan beban usaha untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk pelepasan unit bisnis GoTo Logistics.   GOTO mencatatkan penurunan kerugian bersih signifikan pada kuartal peryama dan kenaikan pendapatan sejalan dengan strategi pertumbuhan pada ekspansi pengguna, pengurangan beban operasional, dan penguatan kemitraan dengan TikTok dan Bank Jago.  Manajemen GOTO akan melakukan perombakan jajaran pengurus pada RUPST/RUPLSB Juni. Analis pasar modal memperkirakan prospek sa...

Mengenal Komunitas Airbrush Indonesia (KAI)

FOTO-FOTO: DOK.SYAHRIZAL SIDIK Anggota Komunitas Airbrush Indonesia (KAI) sedang “beraksi” mengekplorasi cat pada tangki bahan bakar sepeda motor agar menjadi nampak artisitik dan unik pada Minggu, (10/11) di Pelataran Parkir Timur Senayan,  Jakarta Pusat, dalam rangkaian acara Indonesia Motorcycle Fest 2013.         Saling Berbagi Melalui Seni “Kami semua seperti keluarga di sini,” begitulah ujar Pay (37), ketua Komunitas Airbrush Indonesia (KAI), sebuah organisasi yang didirikan atas keinginan dan inisiatif bersama, sekumpulan orang   yang memiliki minat yang sama, yakni; airbrush. Sebuah seni yang terbilang “baru” di Indonesia. Seperti apa ceritanya?      Di tengah cuaca terik ibukota, area parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Pagelaran Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, (9-10/11) itu berhasil menarik animo m...