Juara 1
Menikahi Ramadan
Oleh :
Maulana Abdul Aziz
doaku telah
mengkhitbahmu
merindumu dalam sujud para syuhada
mencintamu dalam dzikir para ambiya
merindumu dalam sujud para syuhada
mencintamu dalam dzikir para ambiya
ku
persunting namamu
di atas tanah lailatul qodar
di atas sayap-sayap penuh harapan
di atas tanah lailatul qodar
di atas sayap-sayap penuh harapan
denganmu,
aku ingin membawa restu
menyerahkannya pada ridwan
meminta surga untuk sebuah bulan madu
pada tubuhmu, aku berpesta
menyerahkannya pada ridwan
meminta surga untuk sebuah bulan madu
pada tubuhmu, aku berpesta
: sebotol
doa, sepiring dzikir,
sesuap tadarus, segelas qiyamullail
sesuap tadarus, segelas qiyamullail
lalu aku
tumpah, lebam
dalam pangkuan nuzulul quran
aku tak ingin mentalaqmu
mencintamu adalah keabadian
dalam pangkuan nuzulul quran
aku tak ingin mentalaqmu
mencintamu adalah keabadian
Juara 2
Ajari Lagi Aku Mengaji
oleh : M. Fasha Rouf
/1/
Aku membendung rindu
sambil membuka-tutup pintu
berharap kau datang. Sebab bagiku,
denganmu semalam lebih baik dari seribu bulan
tanpamu di hadapan
Setiap tiba ramadhan, kurasakan puncak
kenangan
ketika kita berbuka dengan sepiring nasi
dan bayam
sebelum kau pergi, menidurkan diri di
makam
datanglah, ajari aku membentangkan
sajadah,
agar semua jadi ibadah. Ajari lagi aku
membaca,
biar tak meraba-raba jalan nyata
di labirin Maha Rahasia
/2/
Purnama hinggap di pucuk langit
Sahur sebentar lagi pergi menuju pagi,
televisi hidangkan tawa sebelum kami berduka;
sebab
mulai berpuasa, takbisa lagi
menjilat-jilat dosa
datanglah, ajak aku bersenda gurau
di sela hidup yang makin kacau
temani sahurku kali ini
murak cerita kita
/3/
di
lubuk sunyi paling aziz
Muhammad
menggigil di sayap Jibril
ketika
Tuhan menyuruh-nya membaca
saat
itulah Quran luruh berangsur-angsur,
dari
Tuhan Yang Maha Luhur
Begitu ceritamu dulu,
sambil menanam kesturi di keningku
kemudian mengajarkan aku mengaji Quran suci
jika
membaca lembar-lembar cahaya
jangan
sampai terbata-bata
supaya
kau punya peta,
bukankah
hidup tak bisa semena-mena?
Kau berkata sambil telunjuk menunjuk
hijaiyah
Ayat-ayat yang kita baca pun akhirnya
mewujud mawar-mawar yang terhampar di
jalan hidup,
menjelma cahaya agar tak terdampar
terkapar
Tuhan memang tak pernah salah,
memberi kita jalan nyata, di lembaran
firmanNya
/4/
Perangai lembutmu
Bercecabang di rindang pohon kenangan
Bu, di malam Nujulul Quran esok hari
aku hanya ingin merebahkan airmata,
di depan wajah tabahmu,
di bawah remang cahaya cempor. Karena
yang kutahu, Quran pun selalu tumbuh
dari tubuhmu
Bersamaan kasih sayang yang deras kau
alirkan
/5/
Datanglah Bu, beri lagi aku petuah
hidup benar-benar sudah susah
memilah pahala atau dosa
Datanglah, ajari lagi aku mengaji
tak usah
ajari aku menyuhun kitab di atas kepala
bersujud
tak cukup lima waktu
ramadhan
adalah latihan
menggapai
puncak ketabahan.
Aku pun belajar membaca dengan lima
Indra,
meski hingga kini masih terbata-bata
Juara 3
Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an
kepada :
malam Nuzulul Qur’an
Oleh : Syahrizal Sidik
/i/
di riak jingga airmata jiwamu,
di riak jingga airmata jiwamu,
berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan
yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh.
lalu, menghampiri jemari.
memantik di dingin
sunyi
yang memapah deru paru.
/iii/
adalah cahaya sunyi di dingin itu,
adalah cahaya sunyi di dingin itu,
ketika kakilangit menjejak langkah
di dekap
sujudku yang rapat.
memahat lekat ayat-ayat suci,
memahat lekat ayat-ayat suci,
terpatri erat mengakar.
lindap didegup jantung,
darahku kaku. kelu.
/iii/
sudah kutahu tentang cerita tentangMu.
sudah kutahu tentang cerita tentangMu.
malam begitu beku,
meniris gerimis.
jatuh diatap-atap bumi yang meratap.
senyap.
/iv/
jauh sebelum itu,
jauh sebelum itu,
bumi seperti rerengkuh angkuh,
senjakala tiada.
lembayung
terpasung
dikais dera tiada tara.
angin mati,
mendesahkan resah
di malam itu.
/v/
dikedamaian suatu ketika,
dikedamaian suatu ketika,
malaikat turun kebumi,
memapar kabar.
lauh mahfudz
menyala
memendar bias cahaya,
direlung katup malam.
/vi/
bias cahaya hinggap dilangit kalbu,
bias cahaya hinggap dilangit kalbu,
rerengkuh angkuh bumi lenyap,
senjakala
menyibakkan warna,
sayap lembayung terkembang,
sayap lembayung terkembang,
di jingga senja itu.
/vii/
bait-bait ayat mengalir di airmata doa.
bait-bait ayat mengalir di airmata doa.
kutemukan jejak cahaya firmanMu.
seperti kuasaMu
yang dengan segala Maha.
2011
Komentar
Posting Komentar