Langsung ke konten utama

Para Pemenang Lomba Cipta Puisi Kuntum Mekar Pikiran Rakyat, 2011








Juara 1


Menikahi Ramadan
                     Oleh : Maulana Abdul Aziz

doaku telah mengkhitbahmu
merindumu dalam sujud para syuhada
mencintamu dalam dzikir para ambiya

ku persunting namamu
di atas tanah lailatul qodar
di atas sayap-sayap penuh harapan

denganmu, aku ingin membawa restu
menyerahkannya pada ridwan
meminta surga untuk sebuah bulan madu
pada tubuhmu, aku berpesta

: sebotol doa, sepiring dzikir,
sesuap tadarus, segelas qiyamullail

lalu aku tumpah, lebam
dalam pangkuan nuzulul quran
aku tak ingin mentalaqmu
mencintamu adalah keabadian



Juara 2 

Ajari Lagi Aku Mengaji
                     oleh : M. Fasha Rouf

/1/
Aku membendung rindu
sambil membuka-tutup pintu
berharap kau  datang. Sebab bagiku,
denganmu semalam  lebih baik dari seribu bulan
tanpamu di hadapan

Setiap tiba ramadhan, kurasakan puncak kenangan
ketika kita berbuka dengan sepiring nasi dan bayam
sebelum kau pergi, menidurkan diri di makam

datanglah, ajari aku membentangkan sajadah,
agar semua jadi ibadah. Ajari lagi aku membaca,
biar tak meraba-raba jalan nyata
di labirin Maha Rahasia

/2/
Purnama hinggap di pucuk langit
Sahur sebentar lagi pergi menuju pagi,
televisi hidangkan tawa sebelum kami berduka;
sebab  mulai berpuasa, takbisa lagi menjilat-jilat dosa

datanglah, ajak aku bersenda gurau
di sela hidup yang makin kacau
temani sahurku kali ini
murak cerita kita

/3/
di lubuk sunyi paling aziz
Muhammad menggigil di sayap Jibril
ketika Tuhan menyuruh-nya membaca
saat itulah Quran luruh berangsur-angsur,
dari Tuhan Yang Maha Luhur

Begitu ceritamu dulu,
sambil menanam kesturi di keningku
kemudian mengajarkan aku mengaji Quran suci

jika membaca lembar-lembar cahaya
jangan sampai terbata-bata
supaya kau punya peta,
bukankah hidup tak bisa semena-mena?
Kau berkata sambil telunjuk menunjuk hijaiyah

Ayat-ayat yang kita baca pun akhirnya
mewujud mawar-mawar yang terhampar di jalan hidup,
menjelma cahaya agar tak terdampar terkapar

Tuhan memang tak pernah salah,
memberi kita jalan nyata, di lembaran firmanNya

/4/
Perangai lembutmu
Bercecabang di rindang pohon kenangan

Bu, di malam Nujulul Quran esok hari
aku hanya ingin merebahkan airmata,
di depan wajah tabahmu,
di bawah remang cahaya cempor. Karena
yang kutahu, Quran pun selalu tumbuh dari tubuhmu
Bersamaan kasih sayang yang deras kau alirkan

/5/
Datanglah Bu, beri lagi aku petuah
hidup benar-benar sudah susah
memilah pahala atau dosa

Datanglah, ajari lagi aku mengaji
  
tak usah ajari aku menyuhun kitab di atas kepala

bersujud tak cukup lima waktu

ramadhan adalah latihan
menggapai puncak ketabahan.

Aku pun belajar membaca dengan lima
Indra, meski  hingga kini masih terbata-bata



Juara 3 

Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an
                        kepada : malam Nuzulul Qur’an

Oleh : Syahrizal Sidik

/i/
di riak jingga airmata jiwamu, 
berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan
yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh. 
lalu, menghampiri jemari. 
memantik di dingin sunyi 
yang memapah deru paru.

/iii/
adalah cahaya sunyi di dingin itu, 
ketika kakilangit menjejak langkah 
di dekap sujudku yang rapat.
memahat lekat ayat-ayat suci,
terpatri erat mengakar. 
lindap didegup jantung, 
darahku kaku. kelu.

/iii/
sudah kutahu tentang cerita tentangMu.
malam begitu beku,
meniris gerimis. 
jatuh diatap-atap bumi yang meratap.
senyap.

/iv/
jauh sebelum itu,
bumi seperti rerengkuh angkuh,
senjakala tiada.
lembayung terpasung
dikais dera tiada tara.
angin mati,
mendesahkan resah
di malam itu.

/v/
dikedamaian suatu ketika, 
malaikat turun kebumi, 
memapar kabar.
lauh mahfudz menyala 
memendar bias cahaya, 
direlung katup malam.

/vi/
bias cahaya hinggap dilangit kalbu,
rerengkuh angkuh bumi lenyap,
senjakala menyibakkan warna,
sayap lembayung terkembang, 
di jingga senja itu.

/vii/
bait-bait ayat mengalir di airmata doa. 
kutemukan jejak cahaya firmanMu. 
seperti kuasaMu 
yang dengan segala Maha.


2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Menulis Puisi Prosais : Ulasan Puisi Syahrizal Sidik

oleh : Jamal D. Rahman* Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an               kepada : malam Nuzulul Qur’an /i/ di riak jingga airmata jiwamu, berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh. lalu, menghampiri  jemari. memantik di dingin sunyi yang memapah deru paru. /iii/ adalah cahaya sunyi di dingin itu, ketika  kakilangit menjejak langkah di dekap sujudku yang rapat. memahat lekat ayat-ayat suci, terpatri erat mengakar. lindap didegup jantung, darahku kaku. kelu. /iii/ sudah kutahu cerita tentangMu. malam begitu beku, meniris  gerimis. jatuh diatap-atap bumi yang meratap. senyap. /iv/ jauh sebelum itu, bumi seperti rerengkuh angkuh, senjakala tiada. lembayung terpasung dikais dera tiada tara. angin mati, mendesahkan resah di malam itu. /v/ dikedamaian suatu ketika, malaikat turun kebumi, memapar kabar. lauh mahfudz menyala ...

Jurus GOTO Memoles Laporan Keuangan

                                                                                                               Katadata I Andrey Rahman  Usai melepas bisnis e-commerce Tokopedia ke TikTok, GOTO terus melakukan upaya pemangkasan beban usaha untuk mencapai profitabilitas lebih cepat, termasuk pelepasan unit bisnis GoTo Logistics.   GOTO mencatatkan penurunan kerugian bersih signifikan pada kuartal peryama dan kenaikan pendapatan sejalan dengan strategi pertumbuhan pada ekspansi pengguna, pengurangan beban operasional, dan penguatan kemitraan dengan TikTok dan Bank Jago.  Manajemen GOTO akan melakukan perombakan jajaran pengurus pada RUPST/RUPLSB Juni. Analis pasar modal memperkirakan prospek sa...

Mengenal Komunitas Airbrush Indonesia (KAI)

FOTO-FOTO: DOK.SYAHRIZAL SIDIK Anggota Komunitas Airbrush Indonesia (KAI) sedang “beraksi” mengekplorasi cat pada tangki bahan bakar sepeda motor agar menjadi nampak artisitik dan unik pada Minggu, (10/11) di Pelataran Parkir Timur Senayan,  Jakarta Pusat, dalam rangkaian acara Indonesia Motorcycle Fest 2013.         Saling Berbagi Melalui Seni “Kami semua seperti keluarga di sini,” begitulah ujar Pay (37), ketua Komunitas Airbrush Indonesia (KAI), sebuah organisasi yang didirikan atas keinginan dan inisiatif bersama, sekumpulan orang   yang memiliki minat yang sama, yakni; airbrush. Sebuah seni yang terbilang “baru” di Indonesia. Seperti apa ceritanya?      Di tengah cuaca terik ibukota, area parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Pagelaran Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, (9-10/11) itu berhasil menarik animo m...