Jejak Cahaya Malam Nuzulul Qur’an
kepada : malam Nuzulul Qur’an
/i/
di riak jingga airmata jiwamu, berurai namamu memanjang seperti gemericik hujan yang jatuh kedalam rongga tabah tubuhku yang rubuh. lalu, menghampiri jemari. memantik di dingin sunyi yang memapah deru paru.
/iii/
adalah cahaya sunyi di dingin itu, ketika kakilangit menjejak langkah di dekap sujudku yang rapat. memahat lekat ayat-ayat suci, terpatri erat mengakar. lindap didegup jantung, darahku kaku. kelu.
/iii/
sudah kutahu cerita tentangMu. malam begitu beku, meniris gerimis. jatuh diatap-atap bumi yang meratap. senyap.
/iv/
jauh sebelum itu, bumi seperti rerengkuh angkuh, senjakala tiada. lembayung terpasung dikais dera tiada tara. angin mati, mendesahkan resah di malam itu.
/v/
dikedamaian suatu ketika, malaikat turun kebumi, memapar kabar. lauh mahfudz menyala memendar bias cahaya, direlung katup malam.
/vi/
bias cahaya hinggap dilangit kalbu, rerengkuh angkuh bumi lenyap, senjakala menyibakkan warna, sayap lembayung terkembang, di jingga senja itu.
/vii/
bait-bait ayat mengalir di airmata doa. kutemukan jejak cahaya firmanMu. seperti kuasaMu yang dengan segala Maha.
Bogor, 25 Agustus 2011
Orizuru Pada Daun Yang Gugur
/I/
ingin sekali sejenak aku larut di wajahmu. memandangmu lekat sampai senja yang kan tiba menunggu.
ajaklah aku menggapai erat tanganmu, dibatas senyummu yang berkata tentangku, juga tentangmu.
seperti cerita malam itu, yang hangat memeluk mimpi-mimpi kita. usai, disikap purnama, menyisakan kisah yang berlembar di buku harianku. aku mengisahkan tentangmu.
/II/
pada daun yang gugur, jatuh menjumpai. adalah hijau, oranye,dan sebagian cokelat warnanya, menyibakkan kebahagiaan. aku ingin sekali berkata:
lalu, angin itu terbang mengantarkanmu
mengetuk pintu bibirmu yang rapat.
/III/
pagi ini, aku ingin menjumpai angin dan juga daun-daun gugur. yang berserak sesak diatas tetumpuk tanah-tanah yang basah. embun sudah mengukir pagi, setelah datang matahari menjemput perbincangan kita pagi itu. disini, ditempat ini:
perlahan daun-daun jatuh berguguran.
melambaikan cerita tentangmu.
disampingmu, aku mendekap tawa bahagiamu, memotret wajahmu yang tersenyum, dan juga canda tawa yang berkisah keluh kesah. ketika daun-daun gugur itu jatuh di hitam mayang rambutmu. aku mengambilakannya untukmu:
lalu, kusemai daun gugur itu
tertulis namaku, juga namamu.
/IV/
ada getaran sunyi saat itu, ketika belibis beranjak pergi. menerbangkan sayapnya lepas, di udara yang kini bias. sambil berlari kecil kupanggil namamu. disini:
dari kejauhan. sambil kudekap erat orizuru yang kini ditanganku. yang juga pemberianmu. dulu sekali, ketika kita bersama membuatnya. kini, kusimpan pada hidup yang mengisahkanku, juga tentangmu.
disini,aku berkata:
di lembah kisah,
kau menghela lelah diujung desah nafasku.
dalam getir degup jantungku
menggetarkan segugu tanyaku yang risau
mengeja kata di rona merah wajahmu.
selamat jalan, orizuru. kenanganku kini tersimpan di daun-daun gugur.
seperti pagi itu.
Bandung, 18-7-2011
Hanya Untukmu
:Orang-Orang Terkasih
/I/
seketika aku lelah dalam rebahanmu
disaat pangkuan kehidupan
memandangi bias yang berpendar
pada dinding kehampaan itu.
sementara waktu perlahan menikamku, bengis.
menyayat perlahan
lewat seserpih perih, yang kaunyanyikan.
: pedih
/II/
ketika itu pula aku tertatih
dalam isyarat jejak yang tak mampu kuterka.
dari balik hujan,
aku menyembunyikan sepotong sajak untuk
kita semaikan pada dinding beku malam itu
dan menujahkan pada tempias hujan yang lahir
dari tatapan matamu,
: sendu
/III/
saat keheningan hinggap
aku berlari mengitari musim,
tapi kabut seperti tak henti
mengejar bayanganku.
: pupus
/IV/
aku tak lagi menemukan jejak,
disaat sunyi adalah guratan yang
memahatkan wajahmu pada langit itu.
bersama sebaris doa,
yang kuantarkan.
: menuju keabadian
keren syahrizal...saya harus banyak belajar neah dari syahrizal,,
BalasHapustetep semangat berkarya ya,,,,