Saling Berbagi Melalui Seni
“Kami semua seperti
keluarga di sini,” begitulah ujar Pay (37), ketua Komunitas Airbrush Indonesia
(KAI), sebuah organisasi yang didirikan atas keinginan dan inisiatif bersama,
sekumpulan orang yang memiliki minat yang
sama, yakni; airbrush. Sebuah seni yang
terbilang “baru” di Indonesia. Seperti apa ceritanya?
Di tengah cuaca terik ibukota, area parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Pagelaran Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, (9-10/11) itu berhasil menarik animo masyarakat untuk datang berkunjung. Acara semakin semarak, ketika hentakkan drum canon rock menggema di udara, diiringi distorsi gitar yang gahar dari arah panggung utama yang juga berhadapan langsung dengan stadion utama GBK, seolah menyambut para pengunjung. Keramaian semakin terasa, seiring banyaknya stan-stan dari berbagai komunitas yang unik saling membaur menjadi satu. Salah satunya stan Komunitas Airbrush Indonesia (KAI).
Di tengah cuaca terik ibukota, area parkir Timur Senayan, Gelora Bung Karno Jakarta dipadati ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Pagelaran Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, (9-10/11) itu berhasil menarik animo masyarakat untuk datang berkunjung. Acara semakin semarak, ketika hentakkan drum canon rock menggema di udara, diiringi distorsi gitar yang gahar dari arah panggung utama yang juga berhadapan langsung dengan stadion utama GBK, seolah menyambut para pengunjung. Keramaian semakin terasa, seiring banyaknya stan-stan dari berbagai komunitas yang unik saling membaur menjadi satu. Salah satunya stan Komunitas Airbrush Indonesia (KAI).
Dari balik kaca mata minusnya, Pay,
memandang antusias ke setiap pengunjung yang hadir di stan KAI, ketika ditemui,
ia menyapa ramah, kemudian mempersilakan minum. Pas sekali, di saat cuaca Jakarta yang sedang terik. Sesekali,
Pay membetulkan letak kacamatanya. “Santai
ya Mas, sambil minum aja”,
ujarnya saat membuka percakapan.
Nama lengkapnya Sholahuddien, namun
di kalangan KAI, ia akrab disapa Pay, pria berkacamata ini lahir 29 September,
37 tahun silam, dia adalah ketua dari Komunitas Airbrush Indonesia. Sebuah
komunitas yang menyatukan para penyuka seni airbrush.
Ia memilih terjun di dunia desain untuk mengasah kreativitasnya, khususnya
airbrush, yang membuatnya serius ingin menyatukan wadah para airbrusher —sebutan untuk seniman airbrush — bernaung untuk saling berbagi
pengalaman dan ajang untuk mengasah kemampuan.
Pay
bercerita, tentang bagaimana ia memulai debutnya sebagai seorang airbrusher. “Saya cukup lama menggeluti
bidang ini (red. airbrush), maka dari itu, seiring berjalannya waktu dan
banyaknya permintaan dari teman-teman sesama airbrusher, terutama di luar Jakarta, maka tercetuslah ide didirikannya komunitas ini,” tuturnya.
Komunitas Airbrush Indonesia, resmi didirikan pada 1 Juni 2013, berawal dari inisiatif para airbrusher yang tergabung dalam grup di sosial media, Facebook. Tak kurang dari dua bulan setelah diluncurkan secara resmi, anggota dari KAI, kini sudah mencapai lebih dari 1000 anggota, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya kalangan airbrusher, banyak pemula yang ingin tahu banyak mengenai seni airbrush bergabung di KAI. Pada umumnya, mereka ingin mengenali lebih dalam apa itu yang dimaksud dengan airbrush.
Komunitas Airbrush Indonesia, resmi didirikan pada 1 Juni 2013, berawal dari inisiatif para airbrusher yang tergabung dalam grup di sosial media, Facebook. Tak kurang dari dua bulan setelah diluncurkan secara resmi, anggota dari KAI, kini sudah mencapai lebih dari 1000 anggota, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya kalangan airbrusher, banyak pemula yang ingin tahu banyak mengenai seni airbrush bergabung di KAI. Pada umumnya, mereka ingin mengenali lebih dalam apa itu yang dimaksud dengan airbrush.
Sesekali, Pay meminta saya untuk melihat-lihat produk yang dihasilkan KAI di stan, untuk mengamati aktivitas anggota KAI yang juga sibuk dengan airbrush-nya. Ia dan teman-temannya kompak mengenakan kaos hitam, yang juga karya dari KAI, yang juga dijual di pameran.
Siapa bilang, seni itu cuma untuk sekadar gaya-gayaan? KAI, menghadirkan nuansa yang berbeda, ketika kreativitas seni dibalut dengan sesuatu yang menghasilkan secara finansial. Sebut saja, beragam produk kaos, misalnya, dijual mulai dari 150 ribu sampai 400 ribu. Untuk jaket saja misalnya, biasanya mulai dibanderol dengan harga Rp. 400 ribu sampai 1 juta rupiah. Ada juga, ekplorasi cat motor matic, yang biasanya dimulai dari harga Rp. 1,5 juta sampai dengan Rp 4 juta. Sementara, untuk motor gede (moge) seperti Harley Davidson, bisa merogoh kocek sebesar Rp 20 juta rupiah. Nominal yang sangat menggiurkan, memang. Sebanding, dengan tingkat kesulitan dan prosesnya yang memang memakan waktu yang tidak sedikit.
Namun, terlepas dari itu, harga tersebut pun masih bisa nego, tergantung kesepakatan antara airbrusher dengan konsumen. “Di sini, kami juga tidak hanya berkarya untuk sekadar gaya-gayaan, tetapi mencoba membuat sesuatu yang menghasilkan,” ujar Pay.
Berseni
untuk Berbagi
Namanya Aam A.R (20), seorang airbrusher yang juga
anggota KAI, ia berperawakan sedang dan berkulit sawo matang. Pemuda asal
Jakarta Timur yang sudah satu tahun bergabung di KAI, sosoknya ramah ketika
disapa. Minatnya yang kuat pada otomotif yang juga hobi menggambar itulah yang
membuatanya tertarik bergabung untuk mendalami passionnya.
“Alhamdulillah, di komunitas ini, saya
punya banyak teman untuk saling berbagi ilmu, KAI tidak memandang
senior-junior,” tuturnya.
Aam, yang tinggal di daerah Jakarta Timur, sejak dulu di daerahnya memang sangat gandrung dengan eskplorasi cat pada otomotif. Perlahan, ia pun tertarik, dan mencoba bidang yang satu ini (red. airbrush). “Saya pertama kali mengenal airbrush, ketika kursus dengan Bang Pay ”tuturnya bercerita. Menurutnya, selain bisa menyalurkan minatnya, bergabung di komunitas juga bisa belajar banyak hal, salah satunya adalah berwirausaha.
“Banyak
kan sekarang komunitas motor yang
suka airbrush. Bagus juga buat
berkarya dan saling berbagi pengalaman. Maka dari itu, kehadiran KAI banyak
direspon positif.” ujar Aam.
Menyalurkan hobi diiringi dengan skill yang memadai bisa menjadi nilai
tambah tersendiri. sekaligus sarana untuk mencari usaha alternatif yang
kreatif. Sepertinya, itulah yang tercermin dari Komunitas Airbrush Indonesia.
Kendati pun usianya masih seumur jagung, kiprah KAI sudah mulai unjuk gigi bagi
perkembangan seni airbrush di
Indonesia, yang memang tidak banyak yang mengetahui dan terjun di bidang hal
tersebut.
Airbrush di Indonesia
Pagelaran
Indonesia Motorcycle Fest 2013 menjadi ajang yang menarik dan ditunggu-tunggu
oleh para pecinta otomotif. Apalagi, animo masyarakat di kawasan Senayan,
Jakarta untuk mengetahui tentang airbrush
cukup tinggi.
Menilik pada
historisnya, fenomena airbrush bukanlah hal yang baru di dunia. Abner Peeler,
dialah seorang berkebangsaan Amerika, yang berjasa menemukan airbrush untuk pertama kalinya pada
tahun 1879. Airbrush diartikan
sebagai seni lukis yang memanfaatkan tekanan angin (red. air: udara, brush: kuas).
Peeler menemukan tabung yang mampu
mentransfer cat ke media lukis, yang lazim disebut paint distributor. Di Indonesia, airbrush masuk pada tahun 1990-an, yang mulai popular di
kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, yang banyak mengekplorasi
tampilan cat di kendaraannya.
Kreativitas tanpa batas
Di tengah banyaknya cat dengan aneka warna,
tabung distributor, tekanan angin, para airbrusher,
dan tumpukan skets, sampai pernak-pernik yang berceceran di area stan,
semua orang di sekelilingnya pun nampak
antusias melihat karya kreatif dari KAI secara langsung. Seperti halnya karya
seni lukis, mereka berkarya dengan hati, pelan-pelan, menggoreskan warna,
gradasi, membuat corak, sampai pada finishing,
guna memberikan hasil yang terbaik.
Karena medium airbrush beragam dan
tidak statis. Itulah, yang membuat para airbrusher semakin tertantang
kreativitasnya dan terus mengeksplorasi.
Siang yang panas, ditemani iringan musik cadas
membuat langit-langi Jakarta semakin bergemuruh. Stan-stan yang ramai dan
dipenuhi pengunjung yang datang silih lalu lalang. Sesekali terdengar begitu
keras raungan knalpot para bikers yang unjuk kebolehan beraksi
menunggangi si kuda besi. Seperti itulah, gambaran kreativitas yang nampak dari
rangkaian acara Indonesia Motorcycle Fest 2013, yang menegaskan bahwa
kreativitas haruslah tak terbatas.
“Kami tidak ingin muluk-muluk, kehadiran
KAI setidaknya bisa menjembatani ruang-ruang kita (red. airbrusher) di seluruh Indonesia, untuk terus maju
bersama dan berkarya,” papar Pay, bersemangat.
Wajah tirusnya memandang begitu lekat, ia sangat yakin airbrush di Indonesia akan berkembang
dengan pesat. Sesekali, ia membetulkan letak kacamatanya, tatapan tajam
matanya, namun teduh, seolah meyakinkan tanpa ada keraguan. Lalu lalang orang
yang berkunjung ke stan membuatnya tersenyum simpul, sambil sesekali diraihnya
tabung airbrush, ia mulai melanjutkan
karyanya.
“Yang pasti, di sinilah tempat di mana
kami semua bisa saling berbagi, lewat karya seni tentunya..” ujarnya sambil tersenyum.[SYAHRIZAL SIDIK]
bagai mn saya bs gabung dengan kai sob
BalasHapus