Sektor New Economy, Sumber Baru Penopang Pasar Modal RI


     Ilustrasi: E-commerce akan menjadi penopang bursa saham domestik ke depan (Pexels). 


Saham-saham di sektor ekonomi baru (new economy), diyakini akan menjadi penopang utama pasar modal pada tahun mendatang dan menggantikan saham old economy.

Apalagi, masa pandemi Covid-19 yang berimbas pada seluruh bisnis akibat pembatasan aktivitas masyarakat kian mempercepat bertumbuhnya sektor ekonomi baru seperti teknologi dan e-commerce.

Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir, menilai, sektor ekonomi baru mengalami perubahan lima tahun lebih cepat dari yang seharusnya.

"Yang menarik dari sisi sektor teknologi berkembang sangat cepat, bagaimana teknologi membuat individu, masyarakat menjadi lebih produktif dan beradaptasi," kata Pandu dalam diskusi bertajuk Investment Trends for 2022, Indonesia Knowlegde Forum (IKF) X - 2021, Kamis (7/10).

Pandu mencontohkan, di Amerika Serikat, saat ini, nilai kapitalisasi pasar perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Amazon, Facebook, Apple sudah melampui kapitalisasi pasar seluruh industri perbankan di negara tersebut.


     Foto: Perbandingan tech company dan perbankan AS. Paparan Pandu Sjahrir 


Pada tahun 2020, raksasa perusahaan teknologi AS sudah mencapai US$ 5,6 triliun, naik tajam dari satu dekade terakhir sebesar US$ 0,5 triliun. Sedangkan, nilai kapitalisasi pasar seluruh bank di AS pada tahun 2020 mencapai US$ 2,2 triliiun, naik dari posisi US$ 1,3 triliun pada 2010.

Situasi tersebut, kata Pandu, diyakini juga berpotensi bakal terjadi di Indonesia. Hal ini didukung oleh tingkat pengguna internet yang sudah mencapai 202,6 juta atau setara 73,7% dari populasi penduduk.

Sedangkan, yang mengakses melalui ponsel jumlahnya mencapai 96,4% dari total pengguna dengan rata rata penggunaan internet hampir 9 jam dalam sehari untuk rentang usia 16 sampai 64 tahun.

Berbekal hal itulah, sektor teknologi baru di Indonesia akan terus menjadi penopang penting di pasar modal Indonesia. Pasalnya, pada semester pertama tahun 2022, GoTo akan melangsungkan IPO disusul kemudian Sicepat dan Traveloka pada tahun 2022. IPO tersebut kian meramaikan melantainya perusahaan teknologi di pasar modal setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).



Foto: GoTo bakal IPO di semester I/2022. Paparan Pandu Sjahrir 


"Selama Covid, ekonomi digital berubah sangat cepat, 5 tahun lebih cepat dari seharusnya. Semua dunia itu shrinking karena Covid, banyak industri kena, akselerasi terjadi di dunia digital," ungkap Ketua Umum Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia ini.

Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders), Michael Tjoajadi, menilai sektor ekonomi baru ke depannya akan menggantikan ekonomi lama (old economy). Sehingga, investor pun harus melakukan penyesuaian investasinya ke sektor new economy.

"Semua cenderung ke arah situ, new economy, ESG [Environmental, Sustainability, Governance] yang common [umum] dilihat, Indonesia punya potensi. Itu sesuatu yang menarik, kita memiliki pasar yang jauh lebih besar dari Asia Tenggara, dan ini akan menarik investor masuk," bebernya.


Euforia Saham-saham New Economy 

Sementara itu, Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama berpendapat, peralihan saham old economy ke new economy terjadi setelah euforia menguatnya saham-saham ekonomi baru.

"Pandemi Covid masih menjadi isu utama sehingga terjadi pergeseran gaya hidup konsumen ke sektor ekonomi yang lebih diketatkan teknologi dan e-commerce," kata Nafan, Kamis (7/10/2021).

Menurut dia, sektor ini akan menciptakan ekosistem yang bisa berhubungan dengan sektor lainnya seperti UMKM yang menjadi mitra e-commerce, sektor keuangan, konsumer, dan tren penggunaan teknologi di tengah masyarakat akan semakin meningkat.

Bersamaan dengan itu, otoritas bursa juga terus mendorong agar pasar saham tanah air kian ramai dengan melantainya perusahaan teknologi besar di tanah air.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia menyampaikan, BEI secara pro aktif terus melakukan one on one session dengan perusahaan teknologi di Indonesia untuk melakukan diskusi dan mendengar kebutuhan mereka terkait opsi menggalang dana di pasar modal Indonesia.

"Kami berkomitmen untuk menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai house of growth bagi seluruh karakteristik perusahaan-perusahaan potensial di Indonesia," katanya.

Nyoman membeberkan, berbagai terobosan yang dilakukan itu antara lain, Pertama,penyusunan Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) tentang Penerapan Klasifikasi Saham Dengan Hak Suara Multipel Oleh Emiten Dengan Inovasi Dan Tingkat Pertumbuhan Tinggi Yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas.

Kedua, BEI juga sedang dalam proses memperbarui Peraturan I-A untuk membukakan pintu-pintu masuk baru yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai sektor industri, termasuk perusahaan teknologi yang valuasinya sudah mencapai centaur, unicorn, dan decacorn.

Ketiga, BEI berinisiatif memberikan notasi khusus kepada perusahaan tercatat yang menerapkan SHSM. Tujuannya untuk meningkatkan awareness bagi investor.

Keempat, inisiatif yang dilakukan oleh bursa adalah implementasi pengklasifikasian perusahaan tercatat di Bursa atau IDX Industrial Classification (IDX IC) yang berlaku sejak 25 Januari 2021 sebagai pengganti JASICA (Jakarta Stock Industrial Classification).

Kelima, bursa juga sedang melakukan studi terkait dengan penerapan Special Purpose Acquisition Company (SPAC) di Indonesia, termasuk pemetaan atas regulasi yang saat ini ada maupun regulasi baru yang sekiranya dapat mendukung pengembangan SPAC.

"Dengan berbagai terobosan yang dilakukan bursa, kami berharap dapat memberikan nilai strategis bagi para unicorn maupun perusahaan teknologi untuk masuk ke pasar modal Indonesia. Dan tentunya diharapkan juga dapat menarik potensi masuknya pendanaan dari investor global," ungkapnya.


Catatan: 

Tulisan ini menjadi juara kedua lomba penulisan Indonesia Knowledge Forum X - 2021 yang diselenggarakan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Tautan tulisan dapat dibaca di CNBC Indonesia.



Komentar

Postingan Populer