Gede Andika: Pemantik Inspirasi Gerakan Literasi Bali

     Aktivitas belajar mengajar di Desa Pemutran, Bali. (Dokumentasi: KREDIBALI). 


Oleh: Syahrizal Sidik

PERISTIWA itu masih membekas dalam ingatan. Gede Andika, pemuda asli Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng, Bali terenyuh melihat kondisi pendidikan di kampung halamannya. Bali, yang kita kenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, nyatanya masih menyisakan banyak persoalan di dunia pendidikan, terutama di perdesaan saat pandemi Covid-19 menghantam.

“Masih ada murid-murid saya yang datang ke sekolah berjalan kaki sejauh 7 kilometer, karena tidak ada payung, mereka pakai pelepah pisang. Bawa snack jagung dan air 1,5 liter, tidak bawa uang sama sekali. Itu masih ada di Bali,” kisah Gede Andika, pendiri Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan.

Kisah yang dialaminya sewaktu mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa di Bali Utara itulah yang menjadi bekal Gede Andika terus berbuat sesuatu yang bisa berdampak bagi tempat tinggalnya, yakni Desa Pemuteran.

Ide awalnya, Andika menggagas Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan (KREDIBALI) dimulai dengan observasi tingginya angka putus sekolah di Buleleng, Bali. Desa Pemuteran, kata Andika sangat tergantung dengan pariwisata, sehingga ketika pandemi merebak, selain warga yang kehilangan mata pencaharian, anak-anak yang masih sekolah juga kesulitan mengakses pembelajaran formal karena sekolah-sekolah harus ditutup dan belajar dilakukan di rumah.

Ia kemudian menggagas ide KREDIBALI bersama beberapa orang temannya yang juga memiliki kepedulian di bidang literasi untuk menjembatani anak-anak di Desa Pemuteran agar bisa tetap bisa belajar saat pandemi.

Namun, tidak semua anak-anak yang bersekolah di Desa Pemuteran memiliki akses untuk belajar seperti peranti gawai, ditambah lagi mereka masih menghadapi kendala terbatasnya media belajar dan tidak ada dukungan dari orang tua dan pihak sekolah.

Angka putus sekolah di Buleleng itu tinggi, ini akan menjadi bumerang tingginya angka putus sekolah di masa pandemi. Ada masalah media belajar dan tidak ada dukungan dari orang tua mereka, pihak sekolah,” kata Andika, kepada penulis. 

KREDIBALI adalah Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan, penyelenggara kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak SD sampai SMP yang diluncurkan bulan Mei 2020 di Desa Pemuteran Kabupaten Buleleng, Bali. Menariknya, siswa yang berminat kursus diminta membayar dengan sampah plastik yang dikumpulkan dari limbah rumah tangga masing-masing.

Sampah itu dikumpulkan oleh siswa, kemudian ditabung di Plastic Exchange, lembaga nirlaba di Bali yang mengelola bank sampah untuk ditukar dengan beras. Beras yang didapat akan dibagikan kepada penduduk lanjut usia yang kurang mampu di sekitar Desa Pemuteran.

 

 

     Untuk belajar les bahasa Inggris, siswa cukup menukar dengan sampah yang nantinya akan didaur ulang


Di KREDIBALI, materi yang diajarkan kepada para siswa adalah kelas bahasa Inggris. Pengajarnya terdiri dari relawan dari berbagai latar belakang pekerjaan, mulai dari guru, mahasiswa, hingga pekerja yang berdomisili di Bali. Selain itu, para siswa juga belajar untuk peduli lingkungan dengan mendaur ulang sampah plastik dan belajar mengenai pendidikan karakter. Saat pembelajaran berlangsung setiap hari Minggu pagi dan siang, para siswa juga belajar dengan tertib dan menaati protokol kesehatan.

Aktivitas KREDIBALI  awalnya sempat ditentang oleh para orangtua siswa di Desa Pemuteran karena kekhawatiran les bahasa Inggris akan dikenakan biaya. Pasalnya, banyak dari orangtua siswa yang kehilangan pekerjaan karena dirumahkan selama pagebluk Covid-19 merebak.

“Saya pemuda asli sini, saya bisa meyakinkan kondisi tersebut kepada masyarakat bahwa tidak ada kepentingan di dalamnya. Jangankan untuk bayar les, untuk makan pun mereka susah. Kita tidak memungut biaya, 100 Rupiah pun tidak,” kata Gede Andika.

Menariknya, selama proses belajar berlangsung, siswa yang datang sangat antusias untuk belajar. Dimulai dari beberapa siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa Pemuteran, kini siswanya sudah mencapai 225 orang, 150 orang di antaranya sudah dinyatakan lulus. 

“Anak-anak ketergantungan belajar dengan saya. Ada hubungan emosional di dalamnya, itu yang menyentuh saya,” ungkapnya.

Gede juga menyebut, hal yang juga menyentuh dirinya ketika bisa menjadi teman diskusi dengan siswa yang memiliki cita-cita untuk bersekolah tinggi. “Mereka punya semangat belajar, tapi tidak tahu arahnya harus dimulai dari mana. Orang tua mereka tidak sekolah, jadi tadinya mau cerita ke orang tua, tidak mampu sharing. Jadi mentoring ini sangat berguna sekali,” ujar pria yang sedang menempuh studi magister di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.


   

Siswa mematuhi protokol kesehatan sebelum memulai kegiatan belajar mengajar 


Mengurangi Bahaya Learning Loss

Apa yang dilakukan oleh Gede Andika, paling tidak bisa mengurangi potensi hilangnya pengetahuan siswa (learning loss) akibat pembelajaran jarak jauh (PJJ). Seperti disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir dua tahun belakangan ini menyebabkan anak-anak Indonesia bisa mengalami learning loss terbesar sepanjang sejarah.

Sederhananya, learning loss ini, siswa kehilangan kesemapatan untuk bisa belajar formal. Mereka tidak lagi bisa leluasa bertanya kepada gurunya seperti sekolah pada umumnya jika mengalami kesulitan. Belum lagi adanya distraksi gangguan peranti gawai atau koneksi internet, membuat sarana belajar menjadi terhambat.


  Program Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan. Sumber: YouTube Jejak Literasi Bali 


Berdasarkan riset Kemendikbud, anak-anak Indonesia telah kehilangan satu tahun pembelajaran. Bagi yang PJJ rata-rata kehilangan satu tahun pendidikan. 

“Dampak ini bisa sekali permanen, dan bisa menciptakan, kalau tidak berhentikan secepat mungkin, dengan aman, ini bisa menciptakan learning loss terbesar dalam sejarah Indonesia. Karena belum pernah selama ini," ungkap Menteri Nadiem, seperti dikutip dari Detik.com.

Nadiem mengatakan pandemi ini juga mengakibatkan sejumlah anak putus sekolah. Nadiem juga menyebut sejumlah sekolah swasta mengeluh karena siswa tidak membayar uang sekolah karena dilakukannya PJJ.

Andika menilai, apa yang dilakukannya melalui KREDIBALI bisa memberi dampak, terutama bagi Desa Pemuteran. “Pendidikan memang untuk semua orang, namun ternyata kesempatan untuk merasakan pendidikan terkadang tidak dimiliki banyak orang, sehingga ada beberapa orang akhirnya tidak mengenal pendidikan. Buat mereka yang tinggal di pedesaan, pendidikan menjadi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan secara pribadi dan bisa berdampak bagi masyarakat,” kata Andika.

IPM Bali Melambat saat Pandemi

Jika menilik situasi pandemi secara makroekonomi, pandemi sangat memukul perekonomian Bali yang sangat mengandalkan pariwisata. Pandemi Covid-19 telah berdampak sangat luas terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, termasuk di sektor pendidikan.

“Ketika pariwisata hancur, semuanya ikut hancur. Ini seperti snow ball effect,” beber Andika.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bali melambat pada saat pandemi 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Bali, pandemi virus Corona menyebabkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Bali mencapai 75,50 sepanjang tahun 2020 atau tumbuh melambat 0,19 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya yang berhasil tumbuh 0,82%.

Data BPS menyebutkan, musabab penurunan itu tak lain karena Bali adalah daerah yang sangat menggantungkan ekonominya dari pariwisata, mengalami keterpurukan ekonomi. Setiap negara melakukan pembatasan mobilitas penduduknya, sehingga tak memungkinkan untuk berkunjung ke Bali. Pendapatan penduduk Bali yang sebagian besar adalah bergerak di bidang jasa pariwisata berkurang, sehingga pengeluaran perkapita pun menjadi berkurang.

Bahkan, Bali merupakan provinsi dengan keterpurukan ekonomi yang paling parah di antara provinsi lainnya di Indonesia. Tahun 2020 Bali menutupnya dengan pertumbuhan ekonomi terkonstraksi sebesar 9,31 persen (BPS Bali, 2021).

Aksi Nyata untuk Bali

Gede Andika menyampaikan, sampai dengan saat ini semenjak program KREDIBALI dijalankan sejak Mei 2020 ini sudah berhasil membantu sebanyak 225 siswa. Sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 416 kilogram dan bisa membantu sebanyak 142 lansia di sekitar Desa Pemuteran.

“Harapan saya, KREDIBALI bisa ada di desa pariwisata lain di pelosok Bali. Kita sudah rencanakan bisa goes to desa lain setelah Pemuteran,” kata peraih SATU Indonesia Award 2021 ini. 

Tak hanya itu, dalam waktu 2022-2023 nanti, KREDIBALI bahkan bisa menargetkan bisa membantuk gerakan literasi nasional untuk membantu masyarakat melek aksara, bukan lagi hanya menyasar siswa.

“Saya tidak melakukan sesuatu yang besar, yang saya lakukan ini saya jamin terukur dan memiliki dampak,” tandasnya.



Aktivitas belajar siswa di Pemuteran 


Sekadar Rujukan

Nadiem: PJJ Ciptakan Learning Loss Terbesar Dalam Sejarah RI. Detik News. 2021 https://news.detik.com/berita/d-5782477/nadiem-pjj-ciptakan-learning-loss-terbesar-dalam-sejarah-ri

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bali 2020. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 

 

Komentar

Postingan Populer